Thursday, March 29, 2007

Bermain

Bermain

"Berhenti bermain dan kerjakan tugasmu!" Itu adalah perintah yang sangat tidak baik untuk diberikan pada anak-anak. Bermain-main adalah tugas di masa kanak-kanak. Bermain-main adalah ekspresi dan hiburan, mencakup kesenangan dan tujuan, baik tubuh dan pikiran khususnya di masa-masa liburan. Bermain adalah suatu cara bagi anak- anak untuk belajar tentang benda-benda dan berhubungan dengan orang lain. Seorang psikologis dari Swiss, Piaget, mengatakan bahwa bermain adalah suatu cara bagi anak-anak dalam mengubah dunia untuk mendapatkan keinginannya.
Dalam masa liburan, para guru bisa memberikan dukungan untuk bermain dengan menyediakan kesempatan, peralatan, dan ruangan bagi anak- anak. Mengapa guru harus memberikan dukungan dalam bermain? Bermain secara aktif melibatkan seluruh anak dan itulah yang harus dipelajari. Dengan merancang kesempatan untuk bermain dengan suatu tujuan -- biasanya dipadukan dengan satu atau dua kata penuntun -- guru dapat langsung memulai permainan dengan tujuan yang spesifik.
Kesempatan untuk bermain dapat diterapkan dalam pelayanan anak. Dengan bermain "cilukba" bersama ibunya, seorang bayi belajar bahwa orang dewasa dapat dipercaya bahwa mereka akan muncul lagi meskipun untuk beberapa saat mereka menghilang. Seorang anak bisa belajar tentang kuasa Tuhan dengan kegiatan yang menggunakan pancaindera mereka, misalnya bermain dengan benda-benda yang mempunyai berbagai tekstur, warna, bentuk, dan suara. Meniru seekor bebek dan mendengar kotekannya/suaranya membuat anak merasa percaya diri terhadap kemampuannya.
Untuk anak yang sudah besar, mereka dapat belajar dengan bermain drama berpura-pura menjadi orang dewasa.
Untuk memberikan kesempatan bermain yang lebih menyenangkan lagi, suatu ruang kelas dapat disulap menjadi sebuah aula yang dilengkapi dengan perabot rumahtangga yang berukuran mini, sebuah boneka dan tempat tidur boneka, pakaian untuk "berdandan", dan sebuah meja kecil dengan beberapa kursi. Dengan beberapa tuntunan, para guru bisa membantu anak-anak untuk menerapkan ajaran Alkitab ke dalam kehidupan sehari-hari melalui permainan ini. Misalnya, selama dalam kegiatan berlangsung, berilah komentar: "Markus, dari caramu menggendong bayi, aku tahu bahwa kamu sudah tahu bagaimana cara menjaga bayi." Hal ini bisa dihubungkan dengan cerita dalam Alkitab: "Yusuf membantu Maria merawat Yesus. Markus, bisakah kamu tunjukkan pada kita bagaimana Yusuf akan menggendong bayi Yesus?"
Jika ruangan kelas sempit, guru harus menyingkirkan meja guru, alat musik, atau lemari yang tidak digunakan dari dalam kelas. Ruangan ini harus dirancang agar bisa menjadi suatu aula atau diubah menjadi ruangan untuk kegiatan seni, bermain musik, bermain puzzle atau menyusun balok. Jika terdapat tempat di luar ruangan, hal itu tentu akan sangat menguntungkan.
Program bermain membuat kemampuan untuk bersosialisasi akan lebih cepat terbentuk. Para guru bisa membantu anak yang minder untuk belajar bermain bersama-sama dengan anak yang lainnya. Di tahun- tahun berikutnya anak tersebut dapat dituntun untuk bermain dengan bekerjasama dalam suatu kelompok kecil. Anak yang sudah cukup dewasa untuk berinteraksi dengan teman-teman sekelasnya bisa mulai belajar kemampuan yang biasa dimiliki oleh orang yang lebih dewasa, misalnya "Tunggu giliranmu!"; "Bermainlah dengan jujur!"; "Patuhi aturan!"; atau "Mengalahlah!"
Guru-guru bisa menggunakan pilihan yang lebih luas lagi dalam memberi permainan ketika anak-anak yang berada dalam pengawasannya mempunyai perhatian yang lebih panjang, kemampuan untuk membaca, dan bersosialisasi. Permainan lain yang melibatkan anak secara individu bisa digunakan untuk mengajarkan tentang ayat hafalan, tetapi arti dari ayat tsb. akan lebih mudah untuk dimengerti jika diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya selama kegiatan berlangsung, guru dapat memberikan dorongan seperti: "Maria, apa kau bisa menggunakan balok-balok alphabet ini untuk mengeja kata-kata yang ada di ayat kita: 'Berbuatlah baik.'" Pada waktu bercerita, katakan: "Dorkas itu baik hati -- dan kamu juga baik hati, Maria, jika kamu bermain balok bersama Jean."
Hiasan-hiasan yang menunjukkan gambar Yesus yang sedang dikelilingi oleh anak-anak biasanya menggambarkan anak-anak yang sedang duduk atau berdiri di dekat kaki-Nya dengan penuh perhatian. Gambaran ini akan lebih dekat lagi dengan kenyataan jika ditunjukkan dengan beberapa anak yang sedang bermain kejar-kejaran di sekeliling Yesus, atau anak lainnya sedang meminta kembali celengannya dan seorang gadis kecil merayu Yesus agar berpura-pura menjadi ayah dalam keluarganya. Begitulah yang dilakukan oleh anak-anak karena demikianlah Tuhan membentuk anak-anak untuk belajar!
Isilah masa liburan ini dengan kegiatan bermain yang menyenangkan bagi anak, dan tentu saja yang dapat membawa mereka semakin dekat dengan Tuhan.
Sumber:
The Complete Handbook for Children Ministry: How to Reach and Teach Next Generation, Dr. Robert J. Choun & Dr. Michael S. Lawson, , halaman 251 - 253, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1993.

No comments: