Thursday, March 29, 2007

Kurikulum di Sekolah Minggu

Kurikulum di Sekolah Minggu
Pertanyaan yang sering diungkapkan oleh orang-orang yang terlibat dalam pendidikan Kristen, termasuk di sini adalah para Guru Sekolah Minggu, adalah: "Seperti apakah kurikulum yang baik itu? Kurikulum yang bagaimana yang sebaiknya dipakai dalam Sekolah Minggu di gereja kita?"

Sebenarnya tidak ada satu jawaban yang persis sama bagi setiap penanya, karena masing-masing gereja dan Sekolah Minggu memiliki keunikan dan tantangannya sendiri. Ada gereja dan orang-orang tertentu yang kurang setuju dengan penggunaan kurikulum. Mereka berpendapat bahwa wewenang tertinggi seharusnya ada pada Alkitab itu sendiri dan bukan pada "pandangan" si Penulis kurikulum. Bisa dimengerti bahwa ada kekuatiran yang timbul, dimana para guru akhirnya akan lebih "bersandar" dan "mengandalkan" materi kurikulum yang siap pakai daripada menggalinya sendiri dari Alkitab.

Sebenarnya, kurikulum dibuat untuk menolong para guru. Pekerjaan menyusun sebuah kurikulum bukanlah pekerjaan yang mudah. Ini membutuhkan kerjasama tim ahli, baik dari bidang teologia maupun pendidikan. Para pekerja awam, termasuk Guru Sekolah Minggu, jelas akan menemui banyak kesulitan bila dituntut untuk membuat kurikulum pengajarannya sendiri.

Mengingat bahwa wewenang tertinggi tetap ada pada Alkitab itu sendiri, maka tiap-tiap orang Kristen secara pribadi bertangung jawab untuk menyelidiki Alkitab dan melihat kalau-kalau apa yang disampaikan dalam materi kurikulum yang digunakan ternyata tidak sesuai dengan ajaran Firman Tuhan.

A. Arti Kurikulum

Menurut Dr. D. Campbell Wyckoff, dalam bukunya Theory and Design of Christian Education Curriculum:

Kurikulum adalah alat komunikasi yang direncanakan dengan sangat hati-hati, yang digunakan oleh gereja dalam bidang pengajarannya agar iman dan hidup Kristen dapat dikenal, diterima dan hidup. Disebutkan di atas bahwa "Kurikulum direncanakan dengan sangat hati-hati" maksudnya bahwa Penyusun Kurikulum akan menghabiskan waktu dan tenaganya untuk berfikir, merancang dan merencanakan segala sesuatu yang perlu agar kurikulum tersusun dengan baik.

"Alat komunikasi" mengandung maksud bahwa kurikulum melibatkan dialog antar satu orang dengan yang lainnya.
"Digunakan oleh gereja" ini menunjuk gereja secara menyeluruh, semua anggotanya, gereja sebagai tubuh Kristus yang hidup.
"Dalam bidang pengajarannya" meliputi semua kegiatan dan program yang mengutamakan pengajaran dan pengasuhan sebagai bagian penting dalam usaha memperlengkapi setiap orang menjadi pelayan Allah dan murid Yesus Kristus.
"Agar iman dan hidup kekristenan dapat dikenal, diterima dan hidup" menggambarkan isi dan tujuan pengajaran gereja. Ini bukan sekedar mempelajari beberapa informasi mengenai Tuhan Yesus Kristus, tidak juga sekedar menyatakan apa yang dipercayai seseorang. Namun lebih dari pada itu, hal ini melibatkan praktek dan hidup seseorang sebagai ungkapan pengetahuan dan kepercayaannya.
Pandangan mengenai kurikulum ini sama cocoknya bagi gereja besar maupun kecil.
Dalam konteks Sekolah Minggu, kurikulum adalah susunan bahan Alkitab yang mencakup materi/isi Alkitab, media mengajar, aktivitas belajar, tujuan pembelajaran bagi kegiatan belajar mengajar di Sekolah Minggu.

B. Manfaat Kurikulum

Menggunakan atau tidak menggunakan kurikulum, toh Firman Tuhan tetap diajarkan di Sekolah Minggu. Benar! Tapi, ada manfaat yang lebih bila Sekolah Minggu menggunakan kurikulum, antara lain:

1. Kurikulum memungkinkan adanya pendekatan khusus yang cocok / sesuai dengan ciri-ciri perkembangan usia anak.

Kurikulum yang baik menyediakan materi pelajaran secara bertahap menurut keperluan, minat, kemampuan dan perkembangan anak. Beberapa cerita atau pelajaran Alkitab akan terlalu sukar dimengerti oleh anak-anak yang masih kecil. Penggunaan kurikulum dapat menolong guru merangkaikan bagian-bagian Alkitab yang akan diajarkannya sekaligus memberikan panduan mengenai cara pendekatan yang sesuai untuk tiap-tiap kelompok usia anak.
Adanya kurikulum juga memungkinkan terjadinya perencanaan pelajaran yang menyeluruh, yang disusun secara teratur untuk tiap-tiap kelompok umur dalam satu masa periode tertentu.

2. Di dalam kurikulum biasanya termuat berbagai ide dan teknik belajar-mengajar, alat peraga, dan perlengkapan mengajar lainnya.

Para pekerja awam atau Guru Sekolah Minggu, sepandai-pandainya dia mengajar, tentulah kemampuan dan ketrampilan yang dimilikinya terbatas juga. Sementara dunia pendidikan terus maju dengan hadirnya berbagai teknik dan cara pengajaran yang baru, berbagai alat peraga dan perlengkapan mengajar yang canggih, serta munculnya ide-ide baru dalam konsep pendidikan itu sendiri, jelas para pekerja awam tidak sanggup mengikuti semua perkembangan itu dengan baik.
Tetapi, para Penyusun Kurikulum justru mampu memberi masukan yang berharga untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan guru.

3. Kurikulum menolong guru mencapai sasaran yang jelas dalam mengajar, menyediakan pelajaran yang seimbang dan sistematis.

Saat seorang guru Sekolah Minggu mulai mengajar, kemungkinan ia dapat menggunakan beberapa persedian cerita Alkitab yang ia sukai. Namun ada saatnya persediaan cerita yang dia miliki akan habis.
Mungkin untuk mengatasi hal tersebut dia akan memulai dari permulaan Alkitab, namun dengan berjalannya waktu dia akan menemui kesulitan juga, karena mengajar menurut urutan Alkitab tidaklah mudah. Selain itu, "main comot" kisah ini itu dari Alkitab tidak akan membawa arah yang jelas dalam pengajaran Firman Tuhan.
Untuk itulah kurikulum yang berisi susunan materi / isi Alkitab yang seimbang dan sistematis diperlukan untuk memudahkan tugas guru itu sendiri dalam menyampaikan Firman Tuhan pada anak-anak.
Nilai penting sebuah kurikulum dapat diibaratkan sebagai menu makanan yang disusun oleh seorang ibu rumah tangga yang baik. Jika makanan yang disajikan selalu sama, tentu akan membosankan seisi rumah. Karena secara rohani anak membutuhkan "makanan yang bergizi" dan bervariasi, sesuai dengan tingkat umur dan pemahaman serta pola pikir yang telah mereka capai, kehadiran kurikulum memungkinkan penyusunan menu makan yang sehat dan seimbang tersebut. Melaluinya, 'nafsu makan' anak dipelihara dan mereka dapat bertumbuh secara rohani. Inilah tujuan sebuah kurikulum.
Sumber:
Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Lawrence O. Richards, , BabMemilih dan Menggunakan Kurikulum (Bag.II no.12), halaman 192 - 195, Yayasan Kalam Hidup, Bandung.
Christian Education in The Small Church, Donald L. Griggs & Judy McKay Walter, , halaman 75 - 77, Judson Press Valley Forge, 1988.

No comments: