Thursday, March 29, 2007

Kunjungan: Kerja Sama antara Orang Tua dan Guru

Kunjungan: Kerja Sama antara Orang Tua dan Guru

Allah mementingkan keluarga. Allah sendiri yang menyusun keluarga dan telah membela penyusunannya sebagai dasar pertumbuhan manusia dan pembaharuan di sepanjang sejarah. Tidak saja memulai peristiwa- peristiwa dunia dengan satu keluarga, Dia juga berusaha menyelamatkan dunia dari dosa dengan mengirim Anak-Nya untuk lahir, hidup, dan bertumbuh dalam satu keluarga.

Fakta bahwa Allah menganggap penting keluarga juga diikuti kenyataan bahwa perangai dan keadaan seseorang pada waktu dewasa terbentuk dari pengaruh kehidupan keluarganya. Para ahli ilmu jiwa menyetujui bahwa sebagian besar pola kehidupan dibentuk pada lima tahun pertama kehidupan anak itu. Selama masa itu pengaruh orang tua sangat besar.

Secara sadar maupun tidak, orang tua mengajarkan kelakuan dan sikap- sikap yang mereka harapkan kepada anak. Pada waktu anak itu menanggapi, ia diberi hadiah atau dihukum menurut kesesuaian antara perbuatannya dengan pengharapan orang tuanya. Akhirnya, patokan- patokan itu diteguhkan dalam perangainya dan anak itu membawa pola kelakuan itu sampai masa remaja dan masa dewasa.

Persoalan guru sekolah Minggu sudah jelas. Jika orang tua tidak pernah berdoa sebelum makan atau tidak membaca Alkitab di rumah, atau mengikutsertakan anak mereka dalam ibadah keluarga, bagaimana guru itu dapat meyakinkan pelajar itu bahwa Alkitab dapat dipercaya atau bahwa doa itu perlu dan bermanfaat?

Kita dapat mengatasi persoalan ini pada waktu kita bekerja sesuai dengan hukum-hukum Allah. Yang pertama adalah keluarga sebagai unit dasar organisasi-Nya. Jika Allah menetapkan keluarga sebagai pengaruh yang terutama atas perkembangan anak, sebagai guru kita harus berusaha mengadakan hubungan yang erat dengan keluarga anak itu. Mempersiapkan pelajaran dan mengajarkannya dengan efektif pada hari Minggu pagi ternyata masih belum cukup.

Untuk mendapatkan kerja sama dari orang tua murid, para guru harus terlebih dahulu bersedia mengunjungi rumah murid-muridnya. Sikap guru terhadap kunjungan dapat membangun atau menghancurkan sebuah kelas sekolah Minggu. Suatu kunjungan rumah tidak saja memberi kesempatan kepada guru untuk menjumpai orang tua, tetapi juga memberi kesempatan untuk melihat hubungan pelajar itu dengan orang tua dan saudara-saudaranya.

Hasil dari kunjungan itu banyak, tetapi hampir selalu berupa terbentuknya satu ikatan segitiga antara orang tua, guru, dan anak. Beberapa tahun lalu, ketika pindah ke rumah kami yang sekarang, anak kami yang terkecil berusia lima tahun. Salah satu di antara pengunjung-pengunjung pertama ke rumah kami adalah guru sekolah Minggunya. Rasa persaudaraan terhadap guru itu timbul dalam hati saya selama kami membicarakan kebenaran-kebenaran rohani pada waktu itu. Setiap membawa anak saya ke kelas sekolah Minggu, saya dapat lebih menaruh perhatian dan juga lebih bersyukur atas pekerjaan yang sedang dilakukan olehnya.

Saya juga melihat bahwa kunjungan sangat berguna bagi guru. Pada suatu waktu saya mempunyai seorang murid yang kurang terbuka. Dia sering membuat ribut di kelas dan menolak untuk menanggapi pelajaran atau keramahan gurunya sampai saya mengunjungi rumahnya. Pada suatu hari Sabtu sore saya hanya mampir di rumahnya. Dia sedang bermain-main di pekarangan tetangganya pada waktu saya tiba di situ, tetapi ketika didengarnya saya ada cepat-cepat dia pulang. Dia tinggal dalam ruang itu dengan ibunya dan saya; walaupun dia tidak duduk bersama-sama, dia mendengarkan percakapan kami.

Setelah itu, sebuah pintu seolah-olah terbuka dalam hidupnya. Dia sendiri mulai berbicara kepada saya dengan menceritakan pengalaman- pengalamannya, dan pada suatu Minggu dibawanya bunga untuk saya. Kunjungan ke rumahnya merupakan satu langkah yang besar sekali untuk mengadakan hubungan di antara dia dengan guru sekolah Minggunya.

Satu peraturan sederhana yang perlu ditetapkan oleh setiap guru bagi dirinya sendiri adalah mengunjungi setiap pelajar di rumahnya sekurang-kurangnya sekali setahun, dan lebih sering jika pelajar maupun guru memperoleh manfaat daripadanya. Hubungan guru dengan murid di tempat lain tidak dapat menggantikan hal ini karena kesan yang diterima pelajar itu dari suatu kunjungan ke rumahnya adalah bahwa dia, secara pribadi, cukup penting bagi guru sehingga guru menyediakan waktu dan tenaga untuk dia.

Selain kunjungan, beberapa kegiatan-kegiatan lain dapat dilakukan oleh seorang guru untuk mengikutsertakan pelajar dan orang tua. Salah satu di antaranya adalah seperti yang dilakukan oleh guru anak saya yang duduk di kelas tiga SD, yakni mengadakan suatu pertemuan para orang tua. Ketika saya mulai mengajar sebuah kelas Tunas Remaja untuk anak-anak perempuan di sekolah Minggu, saya mengundang baik pemudi-pemudi itu maupun ibunya ke rumah saya pada suatu hari Minggu sore. Kebanyakan pemudi-pemudi dan ibunya datang. Sementara pemudi- pemudi itu bercakap-cakap dengan sesama mereka, saya berbicara dengan ibu-ibu mereka. Kami membahas sifat-sifat umur Tunas Remaja itu, keperluan-keperluan rohaninya, beberapa rencana pelajaran, dan gagasan-gagasan untuk kegiatan-kegiatan istimewa. Saya diganjar dengan perasaan bahwa saya memperoleh kerja sama yang penuh dari setiap ibu yang hadir, dan berulang kali selama tahun itu, dalam satu atau lain cara, keyakinan itu meringankan kesukaran-kesukaran yang saya alami.

Gagasan lain yang patut diperhatikan adalah mengadakan kegiatan sosial bagi para pelajar yang memberi kesempatan kepada mereka untuk membawa orang tuanya.

Apapun metode yang digunakan atau kegiatan yang direncanakan, para guru akan mengajar dengan lebih berhasil pada waktu orang tua ikut serta secara aktif dalam perkembangan rohani anak-anak mereka.
Sumber:
Buku Pintar Sekolah Minggu jilid 1, , BabDi Luar Ruang Kelas, halaman 185 - 187, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1997.
Program Kunjungan Murid-Murid yang Tak Hadir

PERLUNYA PROGRAM YANG TERORGANISIR
Dewasa ini gereja-gereja kita penuh dengan orang-orang yang sibuk dan yang paling sibuk ialah mereka yang bekerja di sekolah Minggu. Hal ini menunjukkan seolah-olah Allah memanggil orang yang sibuk untuk melakukan pekerjaan-Nya. Hal ini pula yang terjadi dalam pekerjaan di sekolah Minggu. Seolah-olah guru-guru akan terlalu terbebani bila mereka diberi tanggung jawab untuk mengunjungi murid- murid yang tidak hadir. Mereka akan memerlukan bantuan. Para pekerja di sekolah Minggu harus membuat beban itu seringan-ringannya agar mereka dapat meneruskan dan melaksanakan pelayanan mereka untuk Kristus. Bantuan tertentu dapat diberikan sehingga pekerjaan yang ada menjadi lebih ringan dan menyenangkan jika suatu program kunjungan yang terorganisir disiapkan dan dijalankan. Bergotong- royong meringankan pekerjaan, dan jika sekolah Minggu bekerja sama dalam tugas mengunjungi murid-murid yang tak hadir, pekerjaan itu akan dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan efektif.
LANGKAH DALAM PROGRAM ITU
Kita dapat lebih memahami persoalan yang sedang kita hadapi ini jikalau kita memperinci program kunjungan ini sampai ke langkah- langkahnya yang utama. Kita akan mendapati bahwa langkah-langkah itu terdiri dari lima tugas berurutan yang harus dilaksanakan agar program itu tercapai.
Ketahuilah nama murid yang tak hadir itu.Ini berarti kita harus mengetahui siapa-siapa yang tak hadir dan membuat persiapan untuk mengunjunginya.

Penyerahan tugas kunjungan.Jika guru sendiri yang mengetahui ketidakhadiran itu, ia dapat langsung mengadakan kunjungan itu sendiri. Tetapi seringkali tidak mungkin bagi guru untuk mengetahui murid-murid yang tak hadir ini, terutama dalam kelas yang lebih besar. Oleh sebab itu, seseorang harus memberitahukan nama murid-murid yang tak hadir supaya guru dapat mengetahui siapa saja yang harus dikunjungi.

Adakanlah kunjungan itu.Kunjungan itu dapat dilakukan sekehendak guru atau mungkin bisa direncanakan suatu program kunjungan di mana para pekerja Sekolah Minggu dapat bersama-sama melaksanakan pekerjaan yang penting ini.

Laporkan kunjungan itu.Hanya mengunjungi saja tidaklah cukup. Harus ada laporan yang menerangkan mengapa murid itu tak hadir dan apakah ia akan kembali lagi.

Periksalah laporan kunjungan itu.
Tidaklah cukup bila hanya meminta guru mengadakan kunjungan. Kita juga harus mengetahui apakah ia telah melaksanakannya dan menunjukkan hasilnya. Manusia cenderung menjadi lalai dalam melaksanakan kewajibannya jika tak diadakan pemeriksaan atas pekerjaannya. Asas penting yang terkenal berlaku di sini. "Di mana ada tanggung jawab, di situ ada pertanggungjawaban." Bila seseorang dimintai pertanggungjawaban atas pekerjaannya, sudah seharusnya ia bekerja lebih baik daripada jika pekerjaan itu tak dimintai pertanggungjawaban.
Kini marilah kita meninjau bagaimana suatu program kunjungan yang terorganisir dapat menolong kita dalam melaksanakan kelima langkah ini, yang diperlukan demi suksesnya program itu.
MENGORGANISIR PERKUNJUNGAN
Di kebanyakan sekolah Minggu, pemimpin dan staf pekerjanya terlalu sibuk mengurusi sekolah Minggu sehingga tak mempunyai banyak waktu untuk menangani masalah murid-murid yang tak hadir. Bahkan sekolah yang amat kecil pun membuat pemimpin dan stafnya tetap sibuk. Ada seorang anggota pengurus dalam sekolah Minggu yang biasanya mempunyai lebih banyak waktu daripada yang lain, yaitu wakil pemimpin. Seringkali ia tidak mempunyai pekerjaan apa-apa dan jabatannya hanya sekadar nama saja. Ia menunggu saat bila pemimpin tak hadir supaya ia dapat menggantikan selama ketidakhadirannya.
Mengapa tidak memberi pekerjaan kepadanya?
Pada umumnya dialah pekerja yang terkemuka dan cakap. Jika diminta ia dapat mengambil tanggung jawab mengorganisasi dan mengatur program kunjungan murid- murid yang tak hadir. Banyak sekolah Minggu mengubah jabatan wakil pemimpin menjadi pemimpin pendaftaran atau pemimpin keanggotaan dengan memberikan tanggung jawab kepadanya dalam program kunjungan. Dalam sebuah sekolah yang kecil, wakil pemimpin dapat mengurus pekerjaan ini sendiri atau mungkin dengan bantuan sekretaris sekolah Minggu. Sekolah-sekolah yang lebih besar mungkin perlu memberikan seorang pembantu kepadanya, yaitu yang disebut sebagai panitera pendaftaran.

Sekarang, marilah kita lihat bagaimana program kunjungan ini dapat diorganisasi dengan mengikuti kelima langkah berikut ini:

Mengetahui Nama-Nama Murid yang Tak Hadir
Dalam sekolah-sekolah yang kecil, tugas ini dapat diserahkan kepada guru itu sendiri, sekretaris kelas, atau guru pembantu untuk membuat daftar murid yang tak hadir untuk diberikan kepada guru pada akhir jam pelajaran. Cara yang paling cepat untuk mengetahui murid yang tak hadir ialah dengan memeriksa daftar murid yang hadir waktu mereka masuk kelas. Sementara memberi tanda cawang pada nama murid yang hadir (dalam buku catatan kelas), nama-nama mereka yang tak hadir dapat langsung dicatat pada sebuah daftar yang dapat disediakan untuk program kunjungan. Hal ini dapat dilakukan oleh sekretaris kelas ketika memeriksa daftar hadir tersebut (atau oleh siapa pun yang bertanggung jawab menyerahkan laporan itu kepada sekretaris departemen atau sekretaris sekolah). Jika tak mungkin bagi guru atau sekretaris kelas untuk melakukan ini, sekretaris departemen (dalam sekolah yang terbagi atas departemen) atau sekretaris seluruh sekolah dapat melakukannya. Dengan salah satu cara, maka suatu sistem dapat disusun untuk mengetahui siapa yang tak hadir dan membuat persiapan untuk mengunjungi mereka.

Sebenarnya, setiap sekolah harus menyadari bahwa membuat catatan ketidakhadiran adalah sama pentingnya dengan membuat catatan kehadiran. Kebanyakan buku catatan sekolah Minggu kita hanya menyediakan catatan untuk mereka yang hadir. Mengapa kita tidak menyediakan juga suatu tempat untuk mencatat mereka yang tak hadir supaya kita dapat membuat perbandingan antara keduanya dan dapat mengurus ketidakhadiran itu dengan baik?
Menyerahkan Tugas KunjunganCara menyerahkan tugas kunjungan terutama bergantung pada macam dan besarnya sekolah. Dalam kelas yang kecil di mana guru sendiri dapat mengawasi murid-murid yang tak hadir, ia dapat mencatatnya sendiri dan mengambil tanggung jawab untuk mengunjungi mereka dalam minggu berikutnya. Jika sekretaris kelas mengurus catatan itu, ia dapat menyediakan sebuah daftar untuk diberikan kepada guru pada akhir jam pelajaran. Demikian halnya dengan sekretaris departemen atau orang lain yang mengurus catatan-catatan ini.

Barangkali cara yang paling efektif untuk menugaskan perkunjungan murid-murid yang tak hadir ialah dengan memakai nota perkunjungan yang dapat dipesan dari Penerbit Gandum Mas.
Bila sekretaris kelas atau sekretaris departemen mendapati bahwa ada murid-murid dari satu kelas yang tak hadir, nama serta alamat mereka itu ditulis pada nota perkunjungan murid yang tak hadir. Nota ini dapat diserahkan kepada guru dan menjadi suatu penyerahan tugas untuk mengunjungi murid-murid yang tak hadir itu.

Mengadakan KunjunganSoal bagaimana dan bilamana kunjungan harus diadakan terutama bergantung kepada keinginan dan rencana sekolah Minggu setempat. Dalam beberapa hal guru diperkenankan melakukan kunjungan bila ia sempat. Namun ternyata, umumnya diperlukan sebuah program kunjungan yang terorganisir untuk memperoleh hasil-hasil terbaik. Jika dapat ditetapkan suatu hari tertentu untuk pekerjaan ini dan para pengunjung berkumpul di gereja untuk berdoa, kemudian pergi mengadakan kunjungan, pekerjaan itu dapat dilaksanakan dengan sangat efektif. Sudah tentu pemilihan hari tergantung pada kondisi setempat. Hari Senin ternyata paling baik. Sudah tentu program kunjungan semacam itu memerlukan dorongan terus-menerus. Tetapi seorang gembala dan pemimpin yang waspada, serta staf yang terdiri dari orang-orang yang bekerja dengan sungguh-sungguh dan bersemangat dalam program ini, akan menyebabkan minat itu tetap hidup sehingga kunjungan tetap berjalan dengan lancar.

Melaporkan KunjunganSesudah kunjungan-kunjungan selesai dan catatan pada nota kunjungan telah dibuat, sebuah laporan yang menyeluruh dapat ditulis pada kertas lain. Nota ini diserahkan kembali kepada sekretaris atau administrasi untuk dinilai dan ditindaklanjuti. Dengan demikian, administrasi sekolah Minggu bisa mendapat laporan untuk memberi gambaran lengkap mengenai program kunjungan itu.

Memeriksa Laporan KunjunganProgram Kunjungan tidak akan lengkap kecuali diadakan pemeriksaan mengenai kunjungan itu. Jika tidak diadakan pemeriksaan atas pekerjaan itu, dapat diduga bahwa dampak kunjungan itu akan berkurang dengan cepat. Bila seorang pengunjung menyadari bahwa pekerjaannya akan diperiksa, ia akan lebih teliti dalam mengadakan kunjungan dan mengisi laporan yang dibutuhkan.

Banyak sekolah yang menggabungkan kunjungan kepada murid-murid yang tak hadir dengan kunjungan kepada calon-calon anggota, yaitu mereka yang telah satu atau dua kali menghadiri sekolah Minggu dan mungkin dapat menjadi anggota jika diminta secara pribadi. Bila seseorang datang ke sekolah Minggu satu atau dua kali lalu tak muncul lagi pada Minggu berikutnya, ia harus dikunjungi karena walaupun ia bukan anggota, ia adalah calon anggota. Cara terbaik untuk menarik pengunjung-pengunjung sekolah menjadi anggota ialah dengan membalas kunjungan mereka pada minggu itu juga. Kunjungan dari guru kelasnya satu atau dua hari sesudah kunjungannya ke sekolah Minggu, pasti akan meninggalkan kesan pada anak yang baru dikunjungi itu. Akan timbul keinginan dalam dirinya untuk datang lagi dan menjadi anggota tetap di sekolah Minggu itu.

Harus disadari bahwa tak ada suatu peraturan yang tetap yang dapat ditentukan untuk mengorganisir suatu program kunjungan. Corak program itu harus ditentukan oleh keadaan atau kesukaan setempat, tetapi tentu saja harus disusun suatu bentuk organisasi dengan orang tertentu yang bertanggung jawab atas administrasi pekerjaan tersebut. Gembala dan pemimpin sekolah Minggu hendaknya mengawasi, memeriksa, mendorong, dan memberi semangat dalam program tersebut.
Sumber:
Sekolah Minggu yang Berhasil, Ralph M. Riggs, , halaman 104 - 109, Yayasan Penerbit Gandum Mas, Malang, 1978.

No comments: