Thursday, March 29, 2007

Pendidikan Bagi Generasi Penerus Gereja

Pendidikan Bagi Generasi Penerus Gereja
"Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu" (Amsal 22:6). "Orang muda" yang disebut dalam ayat tersebut bisa mencakup baik anak-anak maupun remaja/pemuda dan ini merupakan nasihat dan janji yang amat penting!

Anak-anak adalah harapan bagi masa yang akan datang dan pemuda adalah secercah sinar bagi hari esok. Bila gereja melalaikan pelayanan pendidikan bagi anak-anak, remaja/pemuda, gereja pasti akan kekurangan generasi penerus.

Pada umumnya, gereja-gereja injili memiliki kelas-kelas sekolah minggu bagi anak-anak, juga persekutuan remaja/pemuda. Namun sayang, tidak semua pemimpin gereja ataupun guru-guru sekolah minggu menyadari akan nilai pendidikan bagi generasi penerus.

DITINJAU DARI SEGI KEJIWAAN

Apa yang dialami seorang anak akan berpengaruh seumur hidupnya. Golongan "Psikoanalisis" berpendapat bahwa pukulan berat yang dialami seseorang pada masa kecilnya dapat memengaruhi kejiwaan dan hidupnya pada masa dewasa. Golongan "Behavioris" juga menegaskan bahwa lingkungan hidup seseorang pada masa kecilnya mempunyai pengaruh yang amat besar.

Kepribadian seorang anak akan mudah dibentuk pada usia dini. Masa kanak-kanak memang bersifat lentur, mudah dibentuk. Lingkungan, masyarakat, kebudayaan, pendidikan, dan sebagainya dapat memberikan pengaruh secara langsung atau mengubah kepribadian dan tingkah laku seseorang. Sebab itu, amatlah penting bagi seorang guru untuk sedini mungkin membentuk muridnya dengan kebenaran, supaya sejak kecil teladan hidup Kristus sudah bertunas dan bertumbuh dalam hatinya.

Semua segi perkembangan seorang anak perlu mendapatkan pembinaan. Masa kanak-kanak sampai masa remaja merupakan masa perkembangan yang paling penting dalam hidup seseorang. Apabila keluarga dan gereja dapat mendidik mereka dengan baik, mereka pasti dapat bertumbuh dengan wajar dan baik secara jasmani, mental, kepribadian, emosi, pergaulan maupun kerohanian.

Kanak-kanak bagaikan selembar kertas putih, yang menunggu orang dewasa untuk mengisinya. Itulah sepatah kata yang termasyhur dari John Locke, pencetus teori "Tabularasa". Ia berpendapat ketika manusia dilahirkan pikirannya seperti selembar kertas yang putih bersih, segala kesan yang diperoleh kemudian melalui sentuhan pancaindera, akan secara bertahap mengisi rasa ingin tahunya, khususnya mengenai inti kehidupan manusia yang harus ia ketahui.
Gereja harus dapat melengkapi bimbingan yang tidak diperoleh dalam keluarga. Sebenarnya pendidikan generasi penerus adalah kewajiban orang tua, akan tetapi pada masa kini banyak keluarga yang telah kehilangan fungsi pendidikannya sehingga pelayanan pendidikan di gereja diharapkan dapat menolong dan memenuhi kekurangan yang terjadi dalam pendidikan keluarga.

DITINJAU DARI SEGI KEROHANIAN

Hati seorang anak di hadapan Tuhan adalah murni dan terbuka. Pada umumnya, seorang anak tidak memerlukan perdebatan untuk membuktikan keberadaan Allah; mereka mudah percaya. Pemikiran apa pun yang disalurkan orang dewasa semuanya dapat memengaruhi mereka. Oleh sebab itu, baik anak-anak maupun remaja/pemuda adalah objek penginjilan yang paling baik.

Menerima Tuhan pada masa kanak-kanak, berarti sepanjang hidupnya bisa dipakai oleh Tuhan. Pendidikan kanak-kanak dan remaja/pemuda merupakan hal yang berharga karena mereka memiliki jangka waktu yang lebih panjang dalam hidupnya untuk dipakai Tuhan, dibandingkan dengan mereka yang setelah dewasa baru percaya Tuhan.

Daya ingat anak-anak yang sangat kuat merupakan masa terbaik untuk menghafal ayat Alkitab. Meskipun daya pikir dan pengalaman hidup orang dewasa lebih kuat dan dapat menolong mereka untuk menghafal ayat Alkitab, namun ayat yang dihafalkan pada masa anak-anak dan remaja dapat diingat dalam jangka waktu yang lama bahkan lebih efisien sehingga ayat-ayat tersebut dapat berfungsi pada saat-saat penting dalam hidupnya.

Pembinaan karakter orang Kristen dapat berakar semakin mendalam pada usia dini. Karakter dan tingkah laku yang baik harus dimiliki oleh orang Kristen, dengan membinanya sejak dini, hal itu dapat berakar semakin dalam dan tidak mudah berubah.

Iman anak-anak itu murni, mereka merupakan utusan Injil yang baik. Jangan meremehkan potensi anak-anak dan remaja/pemuda; mereka dapat membawa orang tua dan teman untuk mendengarkan Injil.

DITINJAU DARI SEGI PERTUMBUHAN GEREJA

Mendidik generasi penerus merupakan cara pertumbuhan gereja yang terbaik. Ada tiga macam pertumbuhan gereja:
pertumbuhan secara transmigrasi, yaitu anggota gereja mutasi;
pertumbuhan melalui penginjilan, yaitu pertambahan anggota gereja yang baru percaya dan bertobat;
pertumbuhan secara alamiah, yaitu anak-anak anggota gereja yang dididik sejak kecil dan kemudian menjadi umat percaya.Mendidik anak-anak dan remaja/pemuda sebagai generasi penerus akan dapat menjamin pertumbuhan gereja secara alamiah. Demikian juga orang tua Kristen hendaknya memberikan kesempatan bagi generasi penerus untuk dapat bertumbuh dalam keluarga Kristen yang baik.

Dapat memenangkan anak juga berarti memiliki kesempatan besar untuk memenangkan orang tuanya. Banyak kesaksian membuktikan bagaimana anak-anak dan remaja/pemuda memengaruhi orang tuanya untuk percaya kepada Tuhan. Ron Boldman adalah seorang pendeta dari "Calvary Chapel", salah satu gereja yang berkembang pesat di Amerika. Setelah menyelesaikan pendidikan teologi, Ron pergi memberitakan Injil dan mendirikan gereja; dalam beberapa tahun yang singkat, jumlah orang yang menghadiri kebaktian meningkat dengan pesat.

Menurut catatan statistik, pada tahun 1973 jumlah orang yang menghadiri kebaktian rata-rata adalah 135 orang, sampai tahun 1977 jumlahnya telah meningkat mencapai rata-rata 1.325 orang. Pendeta yang dipakai secara besar-besaran oleh Tuhan itu adalah hasil usaha dari Erick Boldman, yaitu anaknya yang berusia empat tahun, yang telah membawanya mengikuti sekolah minggu orang dewasa. Masih banyak contoh lainnya. Banyak anak juga telah berhasil memengaruhi orang tua mereka yang mundur dan tawar hati untuk kembali mengasihi Tuhan.
Membina generasi penerus berarti juga membina pemimpin-pemimpin gereja di masa yang akan datang. Jikalau sekolah minggu berhasil membina kerohanian generasi penerus dengan baik, itu berarti sekolah minggu telah melatih dan mempersiapkan para pemimpin gereja untuk masa yang akan datang; jadi, ini merupakan suatu pekerjaan yang amat besar dan bernilai!
Kualitas pemimpin gereja di masa mendatang tergantung bagaimana kita mendidik mereka sekarang.

Pertumbuhan gereja dalam kualitas dan kuantitas tergantung pada pendidikan terhadap generasi penerus. Bila pendidikan terhadap generasi penerus diutamakan, gereja dapat mendirikan dasar yang baik bagi hakekat kerohanian jemaat. Mereka tidak mudah terbawa arus, selain itu juga dapat memengaruhi pertumbuhan dalam kuantitas. Bukankah kita harus menanggung pekerjaan yang sedemikian berharga ini dengan segala kerelaan hati? Ya! Kita harus mencurahkan seluruh tenaga dan kemampuan, berani berkorban dan membayar harga demi mendidik generasi penerus yang setia.

Sumber:
Pembaruan Mengajar, Dr. Mary Go Setiawani, , halaman 13--15, Yayasan Kalam Hidup, Bandung.
Bimbingan Pastoral untuk Anak Sekolah Minggu
Mungkin kebanyakan gereja di Indonesia tidak memunyai pelayanan pastoral untuk anak-anak. Barangkali karena gereja memandang belum perlu, tidak pernah terpikir, tidak peduli, atau tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mungkin semua asumsi ini benar. Padahal, sama halnya dengan orang dewasa, anak-anak pun perlu mendapatkan bimbingan dan pelayanan pastoral. Pelayanan ini bisa dilakukan bekerja sama dengan sekolah minggu yang adalah bagian dari pelayanan gereja.

KRISIS MASA ANAK-ANAK

Sebagaimana orang dewasa, anak-anak pun dapat mengalami krisis ketika terjadi suatu peristiwa dalam hidupnya seperti: perceraian orang tua, kematian orang penting dalam hidupnya (misalnya, orang tua, saudara kandung, kakek, nenek, teman), sakit keras, masuk rumah sakit, terjadi kekerasan (seperti fisik, seksual, emosi), kecelakaan, dan trauma.

Ketika anak-anak berada dalam krisis, kemampuan mereka ditantang. Seperti kebanyakan orang dewasa, anak-anak yang sedang menghadapi krisis, mungkin merasa tidak dapat mengendalikan diri, menjadi korban situasi, tidak siap, dan bingung.

Banyak anak yang terlantar dan tidak pernah mendapatkan bimbingan/ konseling bukan karena ketidakmampuan atau keterbatasan waktu pendeta dan para pelayan anak, melainkan karena ketidakpedulian dan ketidaksadaran mereka akan masalah yang dihadapi anak-anak. Program konseling dalam gereja dibuat untuk jemaat dewasa, tetapi tidak menyadari akan kebutuhan rohani anak-anak.

Yesus merupakan teladan dalam hal memperlakukan anak-anak, terutama dalam tindakan pelayanan yang setia dan efektif. Gereja dapat belajar dari Yesus tentang bagaimana memperlakukan anak-anak. Dia menempatkan pelayanan anak-anak dalam prioritas pelayanan-Nya. Yesus begitu memihak kepada anak-anak sehingga Ia berkata bahwa orang yang memerhatikan anak-anak sebenarnya mengindahkan-Nya, sebagaimana dicatat oleh Markus: "Lalu Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka, kemudian Ia memeluk anak itu dan berkata kepada mereka, `Barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku. Dan barangsiapa menyambut Aku, bukan Aku yang disambutnya, tetapi Dia yang mengutus Aku` (Markus 9:36-37)."

Anak-anak yang sedang berada dalam krisis/masalah sangat membutuhkan intervensi karena cara mereka mengalami dan menafsirkan krisis akan memengaruhi setiap segi perkembangan dirinya kelak. Bila anak-anak yang sedang menghadapi krisis diintervensi, diharapkan mereka dapat mengatasi kekacauan di dalam dan di luar diri mereka dengan efektif. Hal ini akan sangat berpengaruh terhadap harga diri, kepercayaan, dan kemampuan mereka untuk mengatasi krisis di kemudian hari.

BIMBINGAN DAN PELAYANAN PASTORAL

Ketika anak-anak tidak mendapat bimbingan yang tepat, maka makna krisis mereka mungkin berubah. Emosi mereka tertekan dan dampaknya sangat serius terhadap perkembangan mental mereka. Bisa jadi mereka akan membuat kesimpulan yang salah tentang sifat dan cara Allah berhubungan dengan dunia. Mereka mungkin beranggapan bahwa Allah itu pemarah, jahat, atau tidak punya perhatian terhadap mereka. Hal ini akan terus mengganggu masa kanak-kanaknya hingga remaja, bahkan mungkin sampai dewasa. Banyak masalah emosi, relasi, dan rohani yang diderita orang dewasa diakibatkan oleh krisis masa kanak-kanak yang tidak terselesaikan dengan tuntas.

Anak sebagai warga kelompoknya sering kali terhambat dalam krisis. Kebutuhan anak mungkin tidak pernah terpenuhi karena orang dewasa sibuk dengan kekhawatiran mereka sendiri sehingga anak-anak dikesampingkan. Dalam situasi seperti ini, gereja dan sekolah minggu dapat berperan dalam hal seperti:
membantu mereka memeroleh informasi yang benar;
berpartisipasi dengan mereka pada waktu mereka menginterpretasikan suatu masalah;
memberi penjelasan yang benar tentang suatu hal yang belum mereka ketahui;
membantu anak-anak mengembangkan rasa mampu mereka melalui berbagai program, misalnya keterampilan.

Untuk melayani anak-anak dengan efektif, langkah yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah mengasihi mereka, ikut merasakan perasaan mereka seperti sakit hati, takut, marah, cemas, khawatir, dan rasa kehilangan. Kita dapat berempati dengan mereka, tetap mendampingi mereka pada waktu mereka menghadapi krisis.

Berikut ini beberapa prinsip dasar pelayanan pastoral terhadap anak- anak yang dapat dilakukan.
Pendeta secara rutin mengunjungi kelas-kelas sekolah minggu dan guru diharapkan selalu membuka kesempatan berdialog langsung dengan anak.
Mengadakan retret.
Berkunjung ke rumah murid-murid.
Menelepon.
Mengadakan pertemuan informal.

Semua metode ini atau metode apa pun yang digunakan, tujuannya adalah untuk membangun relasi dan komunikasi dengan anak-anak sehingga mereka merasa dikasihi, memiliki teman serta tidak dikesampingkan. Dampaknya, mereka akan terbuka untuk diajak berdialog dan tidak merasa takut untuk mengemukakan masalahnya.

BERMAIN, SENI, DAN BERCERITA

Berbagai kegiatan dalam sekolah minggu dapat dipakai sebagai sarana untuk memberikan konseling bagi anak-anak yang membutuhkannya. Di antaranya adalah melalui kegiatan bermain, kegiatan seni, dan cerita-cerita yang disampaikan.

Salah satu tempat paling wajar untuk berbicara dengan anak-anak adalah saat bermain. Ajaklah mereka bermain karena anak-anak paling suka bermain. Jika memungkinkan, siapkan satu ruang khusus untuk bermain di gereja. Ruangan bermain dapat menjadi tempat yang paling aman dan nyaman bagi mereka apalagi jika mereka sudah sangat akrab dengan ruangan tersebut.

Bagi anak-anak, bermain sama seperti berbicara dan bekerja bagi orang dewasa. Oleh karena itu, untuk mendapatkan jalan pikiran dan perasaan anak yang paling komplit, seseorang harus masuk ke dalam dunia anak. Melalui bermain, banyak hal tentang diri mereka sendiri ditampakkan tanpa mereka sadari dan dapat memberikan pelayanan pastoral yang mereka butuhkan.

Bermain adalah jalan terbaik menuju pengertian. Melalui bermain, tingkat spontanitas anak-anak dapat tercapai. Tidak semua anak dapat diajak berbicara secara normal. Banyak anak yang dalam situasi normal pun sulit diajak berbicara langsung dengan orang dewasa. Apalagi kalau mereka dalam keadaan cemas, takut, atau stres. Masalahnya akan menjadi lebih sulit. Selain itu, tidak mudah juga untuk mendekati anak-anak untuk diminta menceritakan persoalan mereka. Hambatan datang bukan saja dari anak tersebut yang tertutup atau sulit mengemukakan persoalannya, tetapi hambatan terbesar justru datang dari orang tua anak yang merasa diintervensi urusan keluarganya.

Bimbingan pastoral terhadap anak-anak dapat juga dilakukan melalui kegiatan seni. Seni adalah pernyataan keinginan hati, harapan, ketakutan, ide, atau pengomunikasian kebutuhan emosi. Seni merupakan alat pernyataan diri yang sangat baik. Seni visual adalah alat yang paling banyak digunakan untuk melambangkan pengalaman manusia yang terdalam. Seni tidak tergantung pada kala-kata dan keterampilan verbal. Anak-anak akan merasa lebih bebas mengekspresikan diri mereka melalui karya seni, tanpa menyadari bahwa pikiran dan perasaan mereka dapat dimengerti dari karya seni yang mereka buat.

Pemilihan warna sering kali menggambarkan situasi yang sedang mereka alami. Dengan demikian, mereka akan mengungkapkan hal-hal penting tentang diri mereka sendiri melalui apa yang mereka gambar atau lukis, ini akan memudahkan gereja dalam melakukan pelayanan pastoral terhadap mereka. Pendeta pun dapat mengomunikasikan fakta kepada anak-anak melalui seni. Seni juga dapat berfungsi sebagai alat untuk menyusun interviu atau alat evaluasi. Ketika seorang anak menolak untuk berbicara pada garis pikiran tertentu, seni dapat membantu memecahkan kebuntuan komunikasi.

Metode lain yang dapat digunakan dalam membimbing anak-anak adalah bercerita. Cara utama yang digunakan umat manusia untuk menyatakan imajinasi mereka adalah cerita. Cerita selalu digunakan umat manusia untuk mempertahankan dan mengomunikasikan hal-hal dasar tentang norma-norma atau iman kepercayaannya.

Mitos, dongeng, peribahasa, legenda adalah alat utama yang digunakan kelompok agama untuk meneruskan pusat kebenaran pengalaman rohani mereka kepada anak-anaknya. Contoh yang paling penting adalah makna pokok Injil yang terdapat dalam narasi Injil itu sendiri.

Anak-anak yang sedang dalam krisis umumnya terbuka terhadap ajaran baru. Sering kali mereka memberi tafsiran religius terhadap kejadian dan peristiwa yang membuat krisis. Penyampaian cerita kepada anak- anak adalah metode yang memberi pandangan hidup baru kepada anak- anak.

Tujuan ini dapat tercapai dengan menceritakan kisah Alkitab kepada mereka. Melalui cerita Alkitab tertentu, anak-anak memiliki kesempatan memikirkan krisis tertentu yang mereka alami. Misalnya, setelah anak-anak mendengar cerita tentang kesedihan Tuhan Yesus karena kematian Lazarus (Yohanes ll:1-44), mereka dapat berbicara tentang dukacita.

Pada umumnya, anak-anak senang mendengarkan cerita dan juga bercerita. Pada waktu anak-anak bercerita, mereka mengungkapkan informasi penting tentang pikiran dan perasaan dalam hati mereka. Dunia emosi menurut pandangan anak-anak, seperti takut, marah, harapan, cemas, atau rasa bersalah terungkap melalui cerita. Misalnya, ketika anak-anak berusia antara lima sampai sembilan tahun bercerita, maka begitu banyak dari diri mereka sendiri yang masuk ke dalam cerita.

Dengan demikian, teknik bercerita merupakan salah satu cara bimbingan pastoral yang sangat baik untuk kalangan anak-anak. Memang untuk anak-anak di atas usia sembilan tahun, kadang-kadang mereka malu bercerita, atau kalau pun mereka bercerita, ceritanya sudah mereka sensor terlebih dahulu. Mereka malu menceritakan diri mereka sendiri, oleh karena itu bisa juga dipakai cara menulis. Karenanya, banyak anak yang senang menulis puisi atau buku harian.
Kerja sama sekolah minggu dengan gereja diharapkan dapat menjadikan bimbingan maupun pelayanan pastoral kepada anak dengan dasar kasih yang juga dimiliki Yesus kepada anak-anak.
Sumber:
Sahabat Gembala, Pebruari 2006, Elisa, , halaman 36--40, Kalam Hidup, Bandung, 2006.
Membimbing Murid yang Mengalami Stres
Berikut ini salah satu konseling yang bisa dilakukan dalam pelayanan sekolah minggu untuk membimbing murid yang mengalami stres. Bagaimana stres bisa memengaruhi keadaan anak dan bagaimana guru sekolah minggu bisa membimbing mereka? Silakan simak tips berikut ini.

Banyak orang tua yang mengatur jadwal anak-anak mereka dalam satu minggu dengan pertemuan-pertemuan, pelajaran-pelajaran, kegiatan kelompok, dan klub. Dengan kegiatan yang padat ini, mereka berharap akan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar dan bertumbuh.

Beberapa anak ada yang mengalami pekembangan pesat melalui kegiatan- kegiatan seperti ini. Namun, anak-anak lain justru menjadi kewalahan dan jenuh. Jika para orang tua, pelatih, dan guru menilai harga seorang anak hanya dari kemampuan/prestasi yang dicapainya, kegiatan-kegiatan yang seharusnya memberikan manfaat itu dapat menghilangkan semangat anak yang dianggap "biasa-biasa saja".

Jadwal yang terlalu padat hanya merupakan satu dari berbagai sumber stres pada anak. Salah satu penyebab stres pada anak yang paling umum adalah anak yang berada dalam keluarga yang berantakan. Kehilangan orang tua karena kematian atau perceraian dapat menyebabkan anak suka merengek dan mengompol kembali. Bahkan dalam keluarga yang paling baik sekalipun, pindah ke suatu lingkungan tempat tinggal yang baru dapat mengakibatkan kemunduran emosional pada anak. Lahirnya saudara kandung atau saudara tiri sangat membutuhkan penyesuaian dalam emosi dan kestabilan sosial anak. Hidup dalam lingkungan atau sekolah yang rawan akan menimbulkan kecemasan, sementara stres pada anak dapat menjadi pertanda keluarga yang salah satu atau kedua orang tuanya adalah pecandu, peminum, atau berperilaku kejam.

Bagaimana seorang guru dapat mengetahui bahwa stres menimbulkan berbagai masalah pada anak?
Bicarakan secara informal dengan anak. Tanyakan, namun jangan dengan nada menginterogasi. "Apa yang ingin kamu lakukan untuk bersenang-senang?"; "Permainan apa yang kamu mainkan dengan keluargamu?" Berikan perhatian pada gerak tubuh, ekspresi, dan suasana hati. Anak-anak yang masih kecil sangat cepat berubah suasana hatinya, namun seorang anak yang bermasalah akan terus- menerus sedih atau bersikap memusuhi.

Waspadailah kondisi kehidupan anak di rumah. Apakah dia anak tunggal? Apakah hanya ada satu orang tua di rumah? Apakah orang tua memaksa anak untuk berprestasi? Pada saat orang tua bertanya, "Apakah Jack memenangkan lomba ayat? Kakaknya selalu menang pada saat seusia Jack"--guru dapat memahami bahwa Jack berada di bawah tekanan.

Perhatikan anak yang tidak mau berpartisipasi pada kegiatan karena takut gagal. Anak yang seperti ini memiliki masalah gambar diri yang serius. Seorang anak yang tidak pernah puas dengan penampilannya sendiri telah dituntut oleh orang tuanya supaya selalu sempurna. Perhatikan gundukan kertas yang diremas-remas dan banyaknya hapusan. Perhatikan juga perilaku yang terlalu agresif atau keras kepala. Anak-anak mungkin melepaskan kecemasan mereka dengan menjadi dominan, berkelahi, atau menggunakan kata-kata kemarahan.

Bagaimana seorang guru dapat membimbing anak yang berada dalam tekanan?
Kuatkan anak yang memiliki gambar diri yang rendah. Yakinkan anak tersebut bahwa setiap orang dapat melakukan kesalahan. Guru yang dapat mengakui dan menertawakan kesalahannya sendiri akan menjadi contoh yang sehat. Ingatkan anak bahwa Bapa di surga mengasihi mereka apa adanya.

Kurangi ketegangan di dalam kelas. Seorang pendisiplin yang baik dapat memberlakukan peraturan dalam suasana yang rileks/ santai. Jangan terburu-buru hanya karena ingin menyelesaikan rencana pelajaran Anda--bersikaplah fleksibel. Tetapkan standar perilaku sesuai dengan kelompok usia mereka.

Tanyakan pertanyaan terbuka yang dapat dijawab secara subjektif. Hindari untuk selalu memberikan pertanyaan yang jawabannya hanya ada satu yang benar. Anak-anak yang takut gagal akan memberikan respons negatif terhadap pertanyaan atau hafalan yang menjadikan mereka sebagai sasaran.

Batasilah kompetisi dan persaingan. Anak-anak senang menjadi menang, namun mereka akan kecewa pada saat mereka kalah. Kompetisi biasanya menimbulkan satu pemenang dan yang lainnya kalah. Bagi anak yang sudah terlanjur merasa dirinya sebagai orang yang kalah, hal ini dapat berakibat serius.

Jangan pernah membandingkan penampilan seorang anak dengan anak yang lain. Hal ini akan menimbulkan kekesalan dan perasaan pada anak bahwa dia diharuskan diukur sesuai standar orang lain. Berikan pujian untuk usaha-usaha yang dilakukan anak guna meningkatkan penampilannya.

Ketahuilah tanda-tanda penting dari penganiayaan. Kecemasan dan depresi dapat disebabkan karena obat atau alkohol, dan anak-anak sekolah dasar bukannya tidak mungkin mengalami kecanduan. Penyebab utama kecanduan bisa saja berasal dari anggota keluarga.

Para psikolog mengatakan bahwa 3/4 dari kira-kira delapan juta anak dan remaja yang mengalami masalah emosi tidak mendapatkan pertolongan. Kira-kira satu dari empat anak memerlukan konseling psikologis sebelum masuk ke kelas enam. Para guru harus menyediakan waktu untuk menjadi teman dan konselor bagi murid-murid mereka. Ketika suatu masalah serius muncul, bicarakanlah dengan anggota gereja yang dapat memberikan pendampingan atau tunjukkan keluarga- keluarga yang dapat memberikan bantuan. (t/ratri)
Sumber:
The Complete Handbook for Children Ministry: How to Reach and Teach Next Generation, Dr. Robert J. Choun & Dr. Michael S. Lawson, , BabStres in Children: Helping Youngsters Cope with It, halaman 311--313, Thomas Nelson Publishers, Nashville, 1993.
Sekolah Minggu dan Tayangan Televisi
Seorang guru sekolah minggu pastinya tidak selalu dapat mengontrol dan mengawasi apa saja yang ditonton setiap muridnya di rumah mereka masing-masing. Padahal, membimbing anak untuk menyaring setiap informasi yang mereka dapatkan dari tayangan televisi bukan hanya tanggung jawab orang tua saja, tetapi juga membutuhkan kerja sama dari guru sekolah minggu. Apa yang dapat dilakukan guru sekolah minggu untuk mengarahkan anak-anak layannya dalam menonton tayangan televisi? Berikut ini beberapa saran yang dapat dijadikan masukan.

Tanyakan tayangan-tayangan favorit anak-anak. Buatlah daftarnya dan amati tayangan tersebut secara pribadi di rumah Anda. Buatlah analisa mengenai hal-hal positif dan negatif dari tayangan-tayangan tersebut. Di pertemuan-pertemuan berikutnya, Anda dapat menyisipkan acara "siaran televisi" bagi anak-anak. Dalam acara tersebut, ambil satu tayangan yang paling banyak disukai anak-anak. Minta salah satu anak membacakan hal-hal baik dan tidak baik dari acara tersebut. Setelah itu, jelaskan secara singkat mengapa acara favorit mereka itu baik; bila tidak baik, jelaskan pula alasannya. Jangan lupa, sertakan ayat pendukung dari firman Tuhan.

Buatlah daftar acara yang baik dan berdampak positif bagi wawasan, pertumbuhan mental, maupun rohani anak. Berikan daftar tersebut lengkap dengan stasiun dan jam tayangnya. Tentu saja Anda harus terlebih dahulu menyempatkan waktu untuk memilih dan menyeleksi acara yang baik dan memilih acara pada jam tayang yang tepat untuk anak. Berikan alasan mengapa acara tersebut lebih baik daripada tayangan-tanyangan yang lain. Adapun anak-anak kelas besar dapat diberi tugas untuk membuat laporan dan daftar pelajaran yang mereka peroleh dari tayangan tersebut, yang berkenaan dengan iman Kristen.

Jika dari daftar acara favorit yang dibuat anak ada tayangan yang sama sekali bukan tayangan yang baik untuk mereka, secara pribadi panggil anak tersebut dan jelaskan mengapa acara tersebut amat tidak baik untuk dia tonton. Ajak dia berdoa dan membaca firman Tuhan.

Dalam program kunjungan ke rumah, berkomunikasilah dengan orang tua. Cari tahu kebiasaan anak dalam menonton televisi melalui orang tua mereka. Secara tidak langsung, Anda dapat bertanya bagaimana orang tua membimbing anak dalam memilih tayangan televisi. Ada orang tua yang tidak terlalu peduli dengan apa yang ditonton anak mereka. Kesempatan ini dapat Anda gunakan untuk mendiskusikan pengaruh orang tua dalam mengontrol tontonan televisi anak mereka dan juga dampak negatifnya jika anak tidak dibimbing saat menonton televisi.

Sediakan tontonan yang sehat bagi mental dan rohani anak. Jika memungkinkan, sediakan film-film Kristen atau yang sarat muatan ajaran Kristen (VCD, DVD, VHS, dll.) di perpustakaan sekolah minggu atau gereja. Anjurkan kepada anak-anak untuk meminjam film-film tersebut sebagai ganti waktu menonton televisi.

Guru harus memiliki kehidupan rohani yang baik dan berakar kuat di dalam Kristus sehingga dapat memberikan pendidikan Kristen yang baik pula kepada murid-muridnya. Pendidikan Kristen merupakan pijakan kuat bagi anak dalam menyaring berbagai informasi yang mereka dapatkan melalui tayangan televisi yang mereka tonton. Guru-guru yang memiliki kedewasaan rohani dapat membimbing murid-muridnya dengan baik dalam menyiasati dampak televisi yang tidak sesuai dengan iman Kristen.

Perhatian kita pada anak-anak sekolah minggu tidak hanya kita berikan saat mereka berada di dalam kelas. Justru saat mereka berada di luar kelas, kembali ke lingkungannya masing-masing, seorang guru sekolah minggu harus menaruh perhatian yang lebih lagi. Termasuk perhatian dan kepedulian terhadap tayangan televisi yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Doakan dan bimbinglah mereka.
Penggunaan Komputer di Rumah Keluarga Kristen
Tingginya persentase keluarga yang membeli perangkat komputer pribadi menyebabkan gereja perlu memikirkan cara-cara menolong para orang tua dalam menggunakan komputer untuk pendidikan Kristen anak-anak mereka. Banyak keluarga yang menganggap bahwa mereka akan membeli program-program yang akan membantu anak-anak dalam mengikuti pelajaran-pelajaran di sekolah. Komputer pribadi juga dapat digunakan secara efektif di rumah sebagai alat untuk meningkatkan pengetahuan tentang Alkitab.

Namun, penting juga untuk diketahui bahwa komputer tidak digunakan untuk menggantikan televisi sebagai penjaga anak. Komputer yang ada di rumah memberi kesempatan kepada anak dan orang tua untuk bekerja sama menyelesaikan masalah-masalah dan mempelajari hal-hal baru.

Berikut ini beberapa cara yang dapat digunakan gereja untuk menolong keluarga Kristen dalam menggunakan komputer mereka untuk pendidikan yang alkitabiah.

Jadwalkan pertemuan dengan para orang tua pada sore hari dan bagikan cara-cara menggunakan program komputer untuk pendidikan gereja kepada mereka.

Sediakan informasi atau lembar ide proyek bersama dan proyek-proyek lain yang masih berkaitan yang mungkin masih bisa dikerjakan bersama di rumah oleh anak dan orang tua.
Koleksilah perangkat lunak (software) di perpustakaan gereja sehingga para keluarga dapat memeriksanya. Koleksi tersebut juga harus menyediakan program-program yang sudah dikembangkan secara lokal, umum, dan yang diperdagangkan. (Catatan: lindungilah hak cipta dan izin dari perangkat lunak yang diperdagangkan/komersil tersebut.)

Doronglah orang tua yang menggunakan komputer di rumah untuk menyelesaikan pekerjaan untuk melibatkan anak-anak mereka agar mendapatkan gambaran bahwa komputer bukan alat untuk bermain tetapi untuk membantu dan belajar.

Berikan bimbingan kepada para orang tua mengenai jenis-jenis perangkat lunak yang perlu dibeli, juga berita-berita moral dan etika yang perlu dipertimbangkan (misalnya, kekerasan yang berlebihan dan penekanan pada simbol-simbol atau benda-benda yang berhubungan dengan okultisme).

Komputer bisa menjadi sangat berguna bagi pendidikan keluarga Kristen. Komputer dapat memperkaya prosesnya, namun jangan sampai merebut peran orang tua dalam pendidikan Kristen anak-anaknya. (t/Ratri)
Sumber:
Childhood Education in the Church, Robert E. Clark, Joanne Brubaker, & Roy B. Zuck, , Artikel Using Computer With Children, halaman 519 -- 520, Moody Press, Chicago, 1986.

No comments: