Thursday, March 29, 2007

Inti Kurikulum untuk Anak pada Berbagai Tingkat Usia

Inti Kurikulum untuk Anak pada Berbagai Tingkat Usia

Alkitab memang tidak dirancang sebagai bahan bacaan untuk anak, tapi bukan berarti isi Alkitab tidak perlu disampaikan pada anak. Tuhan sendiri yang memerintahkan agar FirmanNya diajarkan turun-temurun pada generasi yang lebih muda (Ulangan 6:6-7).

Dari perkembangan sejarah gereja, pendidikan rohani anak mengalami banyak perubahan dan perkembangan. Berawal dari terbentuknya Sekolah Minggu yang pertama di Inggris (1780), materi pengajaran Alkitab untuk anak pun mulai dipikirkan gereja.

Amerika Serikat, dalam hal ini, mendahului negara-negara lain dalam usaha menciptakan kurikulum untuk Sekolah Minggu bagi seluruh bangsanya.

A. Latar Belakang Sejarah

Masa Katekismus (1799-1815)
Pada mulanya gereja mengajarkan materi Katekismus pada anak, bagian demi bagian. Oleh karena Katekismus dirancang untuk orang dewasa, sudah bisa diduga bahwa bahan tersebut tidak memuaskan kebutuhan anak.

Masa Hafalan (1815-1840)
Pada masa ini, gereja menekankan "penghafalan ayat Alkitab" sebagai cara mengajarkan Firman Tuhan pada anak. Menurut laporan, pada masa itu, anak berusia 10-12 tahun dapat menghafal sampai 1000 ayat dalam satu triwulan. Tapi, kembali metode ini dianggap kurang mengena, karena anak hanya mampu menghafal tanpa mengerti arti ayat yang dihafalkannya tersebut. Baik guru maupun murid akhirnya sama-sama menjadi bosan.

Masa "Babel" (1840-1872)
Kemudian ditemukan cara lain, dimana dalam setiap pertemuan hanya 1 ayat saja yang diberikan sebagai bahan pelajaran. Seiring dengan berjalannya waktu, akhirnya masing-masing gereja mencari jalan dan caranya sendiri dalam memilih bahan pelajaran untuk Sekolah Minggu.

Bahan Pelajaran yang Seragam (1872-1900)
Dengan makin berkembangnya dunia pendidikan, mulailah dipikirkan untuk menyusun suatu kurikulum yang SERAGAM, dimana pada hari Minggu yang sama seluruh anggota keluarga (mulai anak kecil hingga kakek dan nenek) menyelidiki bahan Alkitab yang sama. Setelah bertahun- tahun cara ini diterapkan, akhirnya disadari bahwa penyusunan bahan lebih memperhatikan kepentingan orang dewasa dibanding kebutuhan anak.

Pelayanan per Kelas (1900-1914)
Kemudian timbul pandangan ekstrim yang bertolak belakang dengan ide bahan pelajaran yang seragam di atas. Materi Sekolah Minggu mulai disusun secara terpisah untuk setiap umur, dan telah mulai memperhatikan aspek perkembangan jiwa anak dari setiap tingkatan umur. Namun karena pembagian kelas terlalu rinci (karena tiap umur memiliki materi berbeda), akhirnya tenaga Guru Sekolah Minggu tidak memadai.

Pelayanan per Kelompok (1914-sekarang)Akhirnya, ditemukan sebuah sistem yang hingga saat ini banyak digunakan oleh Sekolah Minggu, dimana anak diajar per-kelompok berdasarkan penggolongan usia sebagai berikut: - Anak Batita (di bawah 3 tahun) - Anak Indria (usia 4-5 tahun) - Anak Pratama (usia 6-8 tahun) - Anak Madya (usia 9-11 tahun) - Tunas Remaja (usia 12-14 tahun) Dewasa ini, sebagian besar Kurikulum Sekolah Minggu disusun berdasarkan pengelompokan di atas.
B. Inti Kurikulum

Mengajarkan Alkitab pada seorang anak kecil yang belum sekolah misalnya, tentulah berbeda cara pendekatannya dibanding pada anak yang memasuki usia remaja. Bahkan mengajarkan cerita Alkitab yang sama pun membutuhkan teknik serta penekanan yang berbeda pada tiap kelompok usia anak.

Oleh karena itu, penting diketahui oleh setiap Guru Sekolah Minggu bahwa Inti Kurikulum adalah BERBEDA untuk setiap kelompok usia anak.

Anak-anak Pra-Sekolah:
Tugas utama dari seorang guru yang mengajar anak-anak pra-sekolah adalah untuk memberikan konsep-konsep dasar dan informasi yang diperlukan oleh anak-anak itu agar mereka dapat merumuskan pandangan yang bersifat alkitabiah mengenai dunia ini.

Anak-anak Asuhan/batita (2-3 tahun)
Cara terbaik untuk menyampaikan isi Alkitab pada anak batita ialah dengan mengajarkannya di dalam konteks aktivitas dan pengalaman. Informasi alkitabiah juga harus disampaikan sesuai dengan level pemahaman mereka. Misalnya guru akan mengajarkan "Allah yang Maha Tahu dan Maha Hadir", maka kalimatnya bisa disederhanakan menjadi "Yesus selalu melihat kita". Untuk mengajarkan satu kebenaran dalam tiap pertemuan, guru harus memperlengkapi diri dengan berbagai metode yang menarik dan menyenangkan anak. Semua aktivitas harus dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh untuk menyampaikan pesan yang sama, mulai dari pujian, permainan, alat peraga, aktivitas, dsb.

Anak-anak Kelas Indria/TK (4-5 tahun)
Menurut riset, anak-anak usia TK sedang membina suatu cara untuk memandang kehidupan ini, oleh karena itu kepada mereka harus diberikan kebenaran-kebenaran yang dasar agar mereka mendapat pengertian yang alkitabiah mengenai kehidupan ini dan mengenai dunia mereka. Mengingat anak Indria belum sadar akan perkembangan sejarah (misal: bahwa Abraham hidup sebelum Zakheus), materi-materi Alkitab yang disajikan sebaiknya disusun dalam tema bulanan yang berpusat pada pengalaman mereka, seperti: kehidupan dalam keluarga, penciptaan dan pemeliharaan Allah, dsb.

Anak-anak Sekolah:
Ajaran yang diberikan harus dapat menolong anak-anak mengenal kebenaran yang relevan untuk mereka, sehingga mereka dapat memberi respons sesuai dengan kesanggupan dan tahap pengertian mereka sendiri.

Anak-anak Kelas Pratama (6-8 tahun)
Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Pratama disusun dengan pengertian bahwa perikop Alkitab yang ingin disampaikan untuk umur ini boleh lebih panjang dan lebih lengkap. Cerita Alkitab sewaktu-waktu masih terfokus kepada tema bulanan, misalnya "Memberi dengan sukacita", bisa dipilih 2 kisah dari PL dan 2 kisah dari PB. Tetapi boleh juga ada cerita berseri, misalnya "Kehidupan Daniel" atau "Yusuf dan saudara-saudaranya". Pada umur ini anak-anak mulai mengerti hubungan dari satu peristiwa ke peristiwa lainnya.

Anak-anak Kelas Madya (9-11 tahun)
Bahan pelajaran untuk Anak Kelas Madya disusun dengan pertimbangan bahwa peristiwa Alkitab dilihat secara keseluruhan dari segi sejarah, mulai dari PL hingga PB. Pada umur ini anak juga mengagumi tokoh-tokoh serta meneladaninya, karena itu penting sekali ditekankan mengenai teladan hidup baik tokoh Alkitab maupun tokoh Kristen pada jaman modern.

Tunas Remaja (12-14 tahun)
Metode bercerita sudah mulai jarang digunakan, anak remaja cenderung lebih menyukai penyelidikan Alkitab sendiri (tentunya dengan metode yang menunjang dan pendampingan yang baik dari Pembimbingnya).

Sumber:
Pedoman Pelayanan Anak 2, Ruth Lautfer & Anni Dyck, , halaman 200 - 206, Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia, Malang, 1993.
Mengajarkan Alkitab Secara Kreatif, Lawrence O. Richards, , halaman 205 - 243, Yayasan Kalam Hidup, Bandung.

No comments: