Wednesday, March 28, 2007

Penyampaian Cerita

Penyampaian Cerita


Bakat seseorang dalam berbicara di depan banyak orang memang sangat berpengaruh dalam menyajikan cerita. Ada orang yang secara alami sangat memikat perhatian orang lain dalam hal berbicara. Untuk orang semacam ini, menyampaikan cerita bukan hal yang susah. Namun, bukan berarti orang yang tidak memunyai bakat alam semacam itu tidak dapat menyampaikan cerita dengan baik. Dengan belajar dan berlatih, orang yang tidak berbakat seperti itu dapat juga menyampaikan cerita dengan baik.

Beberapa usaha yang perlu dipelajari setiap pembicara adalah cara mengatasi kegugupan, penampilan yang menarik, gaya bicara, bahasa tubuh, dan cara menanggapi pertanyaan. Tentunya juga seorang guru yang akan menyampaikan cerita harus memeriksa semua bahan yang akan dibawanya, seperti daftar acara, Alkitab, dan alat peraga/alat bantu.

  1. Mengatasi Kegugupan
    Kegugupan adalah sesuatu yang manusiawi. Semua orang mengalaminya. Hal ini harus dapat diatasi karena bila tidak, penyampaian cerita akan terganggu. Biasanya kegugupan akan dapat dieliminasi bila semua persiapan telah dilakukan dengan baik. Artinya, pengajar telah "mengenali" calon pendengar, telah mengenali lokasi/ruang yang dipakai, telah menyusun alur pembicaraan dengan dukungan alat bantu yang sesuai, dan telah melakukan beberapa kali latihan.

    Beberapa cara berikut dapat diterapkan untuk mengurangi atau menyembunyikan kegugupan, yaitu dengan mengatur pernapasan, menerapkan teknik relaksasi, dan menggunakan media visual.

  2. Penampilan
    Pengertian penampilan meliputi banyak hal. Tidak hanya masalah busana, tetapi juga kebersihan, kerapian, ekspresi suasana hati, dan sikap. Dalam hal busana, seorang pengajar harus mengenakan pakaian yang sopan dan fungsional. Riasan wajah tidak perlu mencolok seperti hendak menghadiri pesta. Demikian juga perhiasan. Tidak perlulah memakai semua perhiasan yang dimiliki sehingga pengajar malah terlihat seperti boneka pajangan. Yang penting, seorang guru yang berpenampilan "apik" akan lebih diperhatikan daripada yang rambutnya tidak rapi dan bermuka masam.
  3. Gaya Bicara
    Meski telah disampaikan di atas bahwa media visual terbukti lebih efektif daripada media audio, tetapi suara guru tetap merupakan alat yang sangat penting. Sebaik apa pun alat bantu yang digunakan, penjelasan dari pembicara tetap dibutuhkan. Di bawah ini beberapa aspek gaya bicara yang perlu diperhatikan.
    1. Audibilitas
      Suara harus dapat didengar oleh anak yang duduk paling jauh dari pengajar. Suara yang cukup keras akan mencegah anak-anak melakukan kegiatan sendiri atau mengganggu kawan yang lain.
    2. Nada
      Nada suara guru dapat menarik perhatian dan keingintahuan anak. Nada suara yang datar tidak akan menarik perhatian pendengar, baik dewasa maupun anak-anak. Akan jauh lebih baik bila guru dapat menggunakan variasi nada suara sesuai dengan suasana atau kejadian yang sedang diceritakan, misalnya berbisik, marah, berseru, sedih, menyesal, membentak, dsb. Namun perlu diingat, suara harus tetap terdengar oleh anak-anak.
    3. Kecepatan
      Kecepatan bicara juga memengaruhi pemahaman anak terhadap cerita yang sedang disampaikan. Cerita yang disampaikan dengan cepat akan susah dipahami, sebaliknya cerita yang bertempo lambat akan membosankan dan menghabiskan waktu.
  4. Bahasa Tubuh
    Komunikasi tidak hanya melibatkan bahasa verbal (yang terucap), tetapi juga yang nonverbal (yang tak terucap), yang sering disebut bahasa tubuh. Bahasa tubuh adalah istilah dalam bidang psikologi yang menunjuk pada gerakan atau tindakan yang merefleksikan emosi sehingga dapat dilihat dari luar. Sebagai contoh, orang yang sedang marah tidak perlu mengatakan "saya marah" agar orang lain tahu bahwa ia sedang marah. Sebaliknya bila sedang gembira, ia tidak perlu mengatakan "saya gembira". Ada kalanya bahasa tubuh ini sesuai dengan apa yang diucapkan, akan tetapi ada kalanya pula bertentangan dengan apa yang diucapkan.

    Karena bahasa tubuh memiliki andil yang cukup besar dalam penyampaian dan penerimaan suatu berita, sebaiknya guru belajar menggunakan bahasa tubuh dengan efektif. Beberapa hal yang terkait dengan bahasa tubuh adalah sebagai berikut.

    1. Senyum
      Senyuman akan membuat suasana menjadi hangat dan menyenangkan. Namun, orang lain akan melihat mana senyum yang keluar karena memang sedang bersukacita atau terpaksa.
    2. Mimik
      Mimik atau rona wajah akan ikut memengaruhi suasana kelas. Mimik wajah guru akan memengaruhi suasana hati anak-anak juga. Wajah yang cemberut pasti akan mengurangi antusiasme anak-anak dalam mendengarkan cerita. Selain itu, guru yang berpengalaman dapat menggunakan ekspresi wajah untuk menarik perhatian anak-anak, misalnya wajah kesakitan, ketakutan, menggigil, dan sebagainya.
    3. Kontak mata
      Kontak mata merupakan satu hal yang penting dalam komunikasi. Kontak mata merupakan salah satu bentuk perhatian. Kita tentu tidak akan senang bila orang yang sedang berbicara dengan kita tidak pernah atau sangat jarang menatap mata kita. Selain itu, kontak mata juga dapat membantu guru menguasai suasana kelas.
    4. Gerakan tangan
      Penggunaan gerakan tangan dilakukan untuk menunjang cerita. Usahakan untuk tidak menggunakan gerakan yang tidak perlu. Berhati-hatilah dengan gerakan tangan yang memunyai konotasi negatif.
    5. Posisi berdiri/duduk
      Pilih posisi berdiri/duduk yang tepat agar semua anak masih dapat melihat. Perlu dihindari sikap yang tidak baik dalam duduk atau berdiri (baik dan buruk bergantung pada budaya). Di Indonesia, duduk di meja atau meletakkan kaki di atas kursi dianggap tidak sopan. Namun, hal ini masih bisa dilakukan jika dimaksudkan sebagai contoh atau adegan.
    6. Kebiasaan bawah sadar
      Setiap orang memiliki kebiasaan yang kurang disadari ketika berbicara. Di antaranya memasukkan tangan ke kantong, bertolak pinggang, atau memegang-megang benda tertentu. Bila kebiasaan semacam ini terlalu sering muncul, pengajaran tentu akan terganggu. Sebab itu, sang guru harus berlatih mengurangi kebiasaan bawah sadar ini.

Penyampaian cerita firman Tuhan perlu dilakukan dengan sebaik mungkin agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh anak-anak. Perlu disadari bahwa penyampaian cerita firman bukanlah sekadar bercerita untuk mengantar tidur. Selalu ada inti kebenaran yang ingin disampaikan kepada anak-anak. Jangan sampai terjebak pada kegiatan untuk mengisi kemampuan kognitif (pengetahuan) semata karena pengetahuan tidak akan mengubah perilaku seseorang. Hanya kasih Tuhan Yesus yang dapat mengubah seseorang.

Sumber:
  • Menciptakan Sekolah Minggu yang Menyenangkan, Sudi Ariyanto dan Helena Erika, , halaman 101--108, Gloria Graffa, Yogyakarta, 2003.

  • No comments: