Thursday, March 29, 2007

Pembagian Kerja di Dalam Rumah

Pembagian Kerja di Dalam Rumah
Kalau seorang anak kecil demikian asyiknya mencuci piring, jangan selalu Anda kira ia sedang membuat piring atau gelas benar-benar bersih. Anak itu lebih asyik dengan gelembung atau busa sabun serta gelas-gelasnya yang begitu saja tenggelam dan hilang dalam air. Sama halnya kalau si kecil bekerja dengan pipa selang air. Lebih banyak air yang tersembur-sembur keluar daripada yang menyiram ke tanaman. Si anak kemudian akan berpikir, bagaimana air itu bisa memancar sampai begitu jauh? Apa yang membuatnya demikian? Baginya, hal ini merupakan sesuatu yang perlu diselidiki lebih lanjut. Di lain pihak ia merasa bangga, dengan hanya memencet sebagian dari mulut selangnya, pancaran air jadi semakin deras dan jauh. Dengan kemampuan semacam ini, perasaan anak berkembang. Dan ini sebaiknya kita rangsang lagi dengan mengajaknya melakukan berbagai tugas kecil.

Memang tidak dapat disangkal lagi, bahwa pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan sehari-hari, sangat banyak ragamnya. Dari mulai mencuci pakaian, menyetrika, membersihkan rumah, memasak serta menyediakan makanan sampai mencuci piring, semuanya menyita banyak waktu. Karena itu jika semua pekerjaan ini dikerjakan seorang diri, mungkin akan baru selesai larut malam. Walaupun sudah ditolong dengan adanya alat rumah tangga listrik, tetap saja tugas-tugas rutin ini baru dapat diselesaikan, paling tidak lebih dari delapan jam. Berdasarkan kenyataan ini, masuk akallah jika pekerjaan ini tidak mungkin dapat kita selesaikan sendiri. Tentu akan lain jadinya jika setiap anggota keluarga mau turun tangan untuk membantu meringankan beban Anda semua. Pekerjaan mungkin dapat selesai dalam waktu yang lebih singkat, dan Anda masih mempunyai waktu untuk beristirahat.

Pada dasarnya hampir semua jenis pekerjaan di dalam rumah dapat dilakukan anak, kecuali tentu saja yang berbahaya. Anda bisa menimbang sendiri pekerjaan apa saja yang boleh dikerjakannya. Kemudian perlu diperhatikan bahwa pemberian tugas ini sebaiknya dilakukan secara bertahap sesuai dengan usia anak. Semakin tua usia anak, semakin mampu ia mengerjakan pekerjaan yang lebih sukar. Hal ini berarti anak yang masih kecil sebaiknya jangan diberi tugas yang berbahaya baginya, misalnya untuk anak tiga tahun tugas mencuci piring tidaklah tepat, karena ada kemungkinan piring akan tergelincir dan pecah. Pecahannya bisa melukai, sehingga menjadi cidera. Tugas ini lebih cocok jika diberikan kepada anak yang lebih besar, misalnya 11-12 tahun. Anak sudah mampu lebih berhati-hati dan ia pun sudah lebih trampil.

Pada tahap permulaan, latihan-latihan yang bisa dilakukan anak adalah membereskan alat permainan sesudah mereka puas bermain. Setelah anak agak besar, ia bisa diajarkan jenis pekerjaan yang agak sulit seperti membantu ibu membereskan rumah, misalnya merapikan tempat tidur, menyapu lantai, melap kaca dan lain-lain. Juga ia bisa dibiasakan untuk selalu menyimpan baju kotor langsung ke keranjang cucian.

Menurut para pendidik dan psikolog, banyak sekali keuntungan yang dapat diperoleh dengan memberikan tugas, berupa pekerjaan rumah- tangga kepada anak. Pertama-tama adalah latihan 'mengingat', misalnya saja setiap bangun tidur anak diwajibkan untuk melipat selimut dan membereskan tempat tidur. Atau bisa juga diberi tugas untuk memberi makan binatang peliharaan. Pada mulanya mungkin ia harus diingatkan setiap hari, tetapi lama-kelamaan ia dengan otomatis akan menyelesaikan tugasnya. Di samping itu pemberian tugas kepada anak di samping dapat meringankan beban Anda juga secara tidak langsung menolong anak untuk melatih diri dalam bertanggung jawab dan bergotong-royong.

Pada umumnya anak belum sepenuhnya mengerti bahwa setiap orang itu harus melakukan sesuatu yang ada manfaatnya. Tetapi satu hal yang dituntutnya dari diri sendiri, pekerjaan sekecil apa pun yang sudah dimulainya harus diselesaikannya sendiri. Hal ini hampir-hampir bisa disebut sebagai rasa tanggung jawab akan tugas yang mulai timbul pada seorang anak. Kebebasan seperti yang dialaminya dulu, yang bersifat main-main dan asal sibuk, lambat laun menghilang dan berganti dengan kesungguhan. Artinya anak telah siap untuk melaksanakan tugas-tugas kecilnya atau bekerja dengan bermacam-macam alat dan bahan sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Selanjutnya dalam hal mengatur pembagian kerja, terkadang dijumpai kesulitan. Pekerjaan dalam rumah tangga memang beraneka ragam. Ada yang menarik untuk anak-anak; tetapi banyak juga yang membosankan.

Karena ada pekerjaan yang agak menarik dan ada yang kurang disukai, pembagian tugas perlu dilakukan dengan hati-hati. Kalau pembagian kurang adil, bisa-bisa nanti ada yang menerima tugasnya dengan marah-marah. Agar pembagian tugas dirasa adil, ada orang tua yang memberi tugas secara bergilir. Misalnya minggu ini anak yang tertua tugasnya menyapu halaman. Minggu berikutnya ia bertukaran tugas dengan si adik yang biasanya menyirami tanaman di kebun.

Untuk merangsang anak bekerja, ada orang tua yang memberi upah berupa kue atau uang. Tetapi rasanya lebih baik bila Anda meniru beberapa orang tua lainnya yang berusaha untuk menciptakan suasana bermain. Misalnya dengan mengatakan "Ayo, siapa yang lebih dulu selesai membereskan kamar?" Cara ini kelihatannya lebih berhasil daripada bila orang tua memerintah anak-anak dengan cara yang kaku. Anak-anak yang masih kecil itu belum begitu merasakan "sakitnya" mata melihat ruangan yang tidak rapi, dan juga belum terbiasa dengan pekerjaan semacam itu. Karenanya, orang tua tidak perlu berharap terlalu banyak dari mereka.

Suatu kenyataan, kebanyakan orang tua cenderung untuk melibatkan anak perempuan saja dalam pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Bagaimana pun juga hal ini sangat disayangkan, karena pada kurun usia 2-4 tahun justru dasar rasa tanggung jawab dan penyesuaian diri sedang tumbuh. Bila anak sejak kecil terbiasa dilibatkan dalam pekerjaan rumah tangga, kelak dapat diharapkan ia akan tumbuh jadi orang yang bertanggung jawab dan mampu menyesuaikan diri dalam berbagai situasi. Karena itu, berikan pada anak, baik yang laki-laki maupun perempuan, tugas-tugas kecil yang menjadi tanggung jawabnya sendiri. Anak akan menerimanya dengan wajar dan senang, sedangkan orang tua akan merasa kagum tentang betapa banyaknya hal-hal yang dapat dipelajari anak-anak mereka. Dan yang paling penting dari semuanya adalah penghargaan orang tua atas itikad baik si anak.
Sumber:
Butir-Butir Mutiara Rumah Tangga, Alex Sobur, , halaman 261 - 264, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1987.
Mengajarkan Anak untuk Membantu Orang Tua
Pekerjaan rumah tangga bukan hanya tanggung jawab orang tua. Hal ini perlu ditekankan oleh para guru SM kepada anak-anak didiknya. Bekerja di rumah merupakan salah satu kewajiban setiap anak. Satu hal yang perlu diingat oleh guru-guru bahwa ada anak-anak yang memang sudah dibiasakan untuk membantu orang tua mereka di rumah, tetapi ada juga anak-anak yang tidak dibiasakan karena sudah ada pembantu rumah tangga. Walaupun demikian, dalam diri setiap anak haruslah ditanamkan sikap mau menolong/membantu untuk melakukan -- paling tidak -- sebuah pekerjaan kecil di rumah. Misalnya merapikan tempat tidur sendiri, menjaga kebersihan kamar mereka sendiri, mengatur barang-barang pribadi mereka, dan lain-lain. Mengajarkan anak untuk membantu pekerjaan di rumah akan menolong anak untuk belajar bertanggung jawab dan mengerti kewajiban sebagai anggota keluarga. Kebiasaan baik ini akan menolong anak untuk juga memiliki tanggung jawab ketika mereka berada di luar rumah, misalnya ketika ada di Sekolah Minggu.

Tentunya tidak akan ada kesulitan untuk mengajarkan mengenai hal ini kepada anak-anak yang sudah terbiasa membantu orang tua mereka di rumah. Tapi bagaimana dengan mereka yang memang tidak dituntut orang tua mereka untuk membantu mengerjakan pekerjaan di rumah karena banyaknya fasilitas yang mereka miliki? Mereka tetap harus diajarkan mengenai hal tersebut. Tidak salah jika kita, sebagai seorang guru SM, untuk mengajarkan ha-hal ini kepada mereka, karena hal ini akan bermanfaat untuk membangun karakter yang baik dalam diri anak. Berikut ini cara-cara yang dapat Anda lakukan:

Pada masa liburan ini berikan satu pelajaran khusus mengenai bekerja di rumah dalam ibadah di SM. Nasehat yang disampaikan melalui cerita biasanya akan melekat dalam hati anak-anak karena lebih mudah didengar dan diingat oleh anak-anak daripada pidato panjang yang bertele-tele. [Dalam edisi ini kami selipkan satu Bahan Mengajar yang dapat Anda gunakan untuk menolong anak mengerti pentingnya melakukan pekerjaan rumah.]

Buat satu program liburan SM yang dapat memberikan contoh kepada anak-anak tentang pekerjaan-pekerjaan apa saja yang dapat mereka lakukan di rumah. Salah satu program yang bisa dilakukan pada waktu liburan adalah dengan mengajak anak-anak (khusus untuk Kelas Besar) untuk menginap di ruangan kelas SM atau di tempat yang memungkinkan untuk ditinggali selama satu hari satu malam. Jadikan ruangan tersebut betul-betul seperti di rumah mereka dan Anda sebagai guru berperan sebagai orang tua mereka. Selain belajar Firman Tuhan dan memuji Tuhan, ajak mereka untuk menyapu, menyiram tanaman, merapikan tempat tidur/alas tidur mereka sendiri, membantu menyiapkan makanan, membantu memasak, dan lain sebagainya. Jangan lupa untuk menekankan maksud daripada program ini yaitu untuk menunjukkan pada mereka hal-hal kecil yang dapat mereka lakukan untuk membantu orang tua mereka dan untuk menanamkan dalam diri mereka bahwa sebenarnya membantu orang tua itu adalah tugas yang sangat menyenangkan. Program ini adalah kegiatan liburan yang sangat menyenangkan dan akan berkesan dalam hati mereka. Setelah program berakhir dorong mereka berkomitmen untuk membantu orang tua mereka dengan senang hati dalam mengerjakan pekerjaan rumah.

Buat satu daftar pekerjaan ringan dan bagikan daftar itu kepada mereka. Minta mereka memilih pekerjaan yang paling menyenangkan bagi mereka. Daftar pekerjaan itu harus mereka bawa pulang untuk ditunjukkan kepada orang tua mereka sehingga orang tua juga tahu bahwa anak-anak mau membantu mereka. Daftar pekerjaan harus berisi pekerjaan yang ringan dan mampu dilakukan oleh anak-anak seusia mereka, misalnya merapikan tempat tidur, merapikan kamar, menjaga adik, menyapu halaman, menyiram bunga, memberi makan binatang peliharaan, dll.

Buat daftar piket untuk kelas SM. Yang mendapatkan tugas piket harus datang lebih awal setiap hari Minggu untuk membersihkan ruangan, misalnya membersihkan papan tulis, merapikan tempat duduk, menyapu, dll. Dengan membiasakan mereka melakukan pekerjaaan tersebut di SM, lambat laun mereka juga dapat menerapkannya di rumah. Jangan lupa bahwa harus ada juga seorang guru SM yang ikut melakukan piket bersama-sama dengan mereka.

Itulah beberapa tips yang dapat Tim Redaksi bagikan. Jika anak-anak terlihat tidak terlalu bersemangat dengan hal-hal tersebut, tidak masalah! Jangan mudah menyerah, berdoalah dan tetap berikan teladan kepada mereka. Selamat mengajar!
Hal-hal yang perlu Diwaspadai ketika Membantu Pekerjaan di Rumah
Senang rasanya jika anak-anak didik kita menanggapi dengan antusias pelajaran mengenai membantu pekerjaan orang tua di rumah. Kita akan lebih bersukacita lagi apabila mereka betul-betul mempraktekkan hal tersebut di rumah mereka. Namun, dibalik rasa sukacita itu, kita tidak boleh lupa bahwa ada hal-hal penting yang harus diingatkan oleh guru kepada anak-anak yaitu kewaspadaan.

Satu hal yang harus kita waspadai adalah adanya resiko yang dapat membahayakan anak ketika mereka membantu pekerjaan rumah. Anak-anak cenderung meniru apa saja yang dilakukan orang tua mereka. Melihat ibu mereka sedang menyetrika, mengepel, atau memasak, maka anak-anak perempuan juga ingin melakukan hal tersebut. Melihat sang ayah sedang memakukan paku ke dinding, membetulkan mesin mobil, memperbaikan peralatan rumah tangga, maka seorang anak laki-laki pasti akan mencoba-coba hal yang sama. Keinginan yang timbul dari seorang anak untuk membantu orang tua mereka merupakan hal yang positif, tetapi waspadailah juga bahaya yang dapat ditimbulkan.

Selain orang tua, kita sebagai guru dapat pula memperingatkan anak- anak akan bahaya-bahaya yang dapat mencederai mereka ketika melakukan pekerjaan di rumah. Ingatkan mereka untuk selalu berhati- hati dan sebaiknya menghindari pekerjaan berat yang memiliki resiko tinggi, seperti menyetrika baju, membakar sampah, dll. Jelaskan kepada mereka resiko-resiko apa saja yang dapat terjadi dan solusi untuk menghindari hal-hal tersebut. Berikut ini hal-hal berbahaya yang dapat terjadi pada anak-anak -- khususnya anak usia SD -- ketika membantu orang tua mereka, dan penjelasan yang dapat Anda berikan agar anak-anak dapat bekerja dengan lebih hati-hati.

JatuhResiko yang paling mungkin terjadi ketika anak-anak sedang membantu orang tua adalah terjatuh/terpleset. Misalnya ketika mereka ingin membantu mengepel lantai, nasehatilah agar jangan menggunakan air dan sabun yang terlalu banyak agar mereka tidak mudah terpeleset. Atau ketika sedang menggunakan peralatan- peralatan tertentu untuk membantu ayah mereka memperbaiki sesuatu, anjurkan mereka untuk langsung menyimpannya di tempat yang sudah ditentukan agar kaki mereka tidak tersandung atau terjatuh oleh alat-alat yang berserakan itu. Atau jika mereka membantu membersihkan rumah sehingga mengharuskan mereka untuk berdiri di atas kursi atau meja, ingatkan untuk berhati-hati dan tidak sembarangan berdiri agar tidak jatuh.

TerlukaKetika bekerja, jangankan anak-anak, orang dewasa pun sering terluka. Entah itu teriris pisau, tertusuk paku, terpukul oleh palu, terjepit pintu, tertusuk pecahan gelas/piring dll. Anak- anak yang tingkat kehati-hatiannya masih rendah perlu diingatkan mengenai hal ini. Lebih baik Anda menjelaskan bahwa pekerjaan yang menggunakan benda-benda tajam bukanlah pekerjaan mereka. Mereka boleh belajar dengan memperhatikan bagaimana orang tua mereka bekerja dengan menggunakan alat-alat tersebut tetapi jangan menggunakannya sendiri tanpa pengawasan orang tua. Ajarkan mereka untuk selalu berhati-hati dalam bekerja, khususnya jika mereka memegang/membersihkan benda-benda yang dapat pecah, agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Terbakar/KebakaranAnak-anak sangat suka bermain dan bekerja dengan hal-hal yang dianggapnya penuh dengan tantangan. Membantu orang tua memasak, membakar sampah, menyalakan lilin, menyulut korek api, menyalakan/mematikan barang-barang elektronik, dll. bisa jadi merupakan hal-hal yang mereka sukai. Namun resiko kebakaran/ terbakar sangat besar. Oleh karena itu anak-anak harus betul- betul waspada akan bahaya yang bisa menimpa mereka/rumah mereka. Sebagai guru lebih baik anjurkan agar murid-murid Anda tidak mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan api dan alat-alat listrik kecuali ada orang tua/dewasa yang mengawasinya atau mendampinginya. Jika mereka ingin mengunakan barang-barang elektronik, ingatkan mereka untuk menggunakan alas kaki yang terbuat dari karet untuk mencegah mereka tersengat oleh aliran listrik.

KeracunanTanpa disengaja anak-anak bisa saja mengalami keracunan saat membantu orang tua mereka. Obat nyamuk, cairan pembersih lantai, minyak tanah, sabun, dll. merupakan benda-benda yang dapat meracuni kita. Walaupun sebagai guru kita tidak dapat mengawasi secara langsung bagaimana tingkah anak-anak itu di rumah, namun paling tidak kita dapat memberi peringatan kepada mereka untuk selalu berhati-hati dengan cairan-cairan tersebut. Ingatkan untuk selalu mencuci tangan setelah mereka selesai bekerja, khususnya jika tangan mereka telah menyentuh cairan-cairan atau benda-benda yang dapat meracuni mereka. Lebih baik meminta petunjuk orang tua agar mereka bisa lebih waspada dalam menggunakannya.

Uraian yang Tim Redaksi tuliskan di atas, tidak dapat dijadikan alasan untuk malah melarang anak membantu pekerjaan orang tua mereka di rumah. Justru melalui tulisan ini kami harapkan para pendidik dapat memberitahukan kepada anak-anak tentang bahaya dan resiko yang dapat terjadi ketika bekerja membantu pekerjaan rumah, sekaligus mengajarkan kepada mereka bagaimana cara menghindari bahaya/resiko tersebut. Selain itu anak-anak juga perlu diingatkan bahwa semangat mereka untuk membantu orang tua tidak berarti bahwa mereka dapat mengerjakan semua pekerjaan yang mereka inginkan. Mereka masih perlu banyak belajar, mintalah mereka melakukan pekerjaan-pekerjaan yang memiliki resiko kecil dan aman bagi mereka.

No comments: